Peduliwni.com – Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Sugiono, kembali menegaskan komitmen kuat Indonesia dalam mendorong penyelesaian krisis politik dan kemanusiaan di Myanmar melalui jalur damai. Pernyataan ini disampaikan dalam forum bergengsi Extended Informal Consultation on the Implementation of the Five-Point Consensus, yang digelar sebagai bagian dari rangkaian acara KTT ke-46 ASEAN di Kuala Lumpur Convention Center pada tanggal 24 Mei 2025.
Forum ini menjadi ajang penting bagi para Menteri Luar Negeri ASEAN dan para Utusan Khusus untuk Myanmar guna memperbarui komitmen regional dalam menangani krisis berkepanjangan di Myanmar yang bermula sejak kudeta militer pada Februari 2021.
Stabilitas Kawasan Hanya Bisa Dicapai dengan Solidaritas ASEAN
Dalam pernyataannya, Menlu Sugiono menegaskan bahwa Indonesia tetap konsisten terhadap pendekatan damai sebagai solusi jangka panjang bagi Myanmar. Ia menekankan pentingnya kesatuan dan solidaritas negara-negara ASEAN dalam menghadapi krisis tersebut.
“Indonesia tetap teguh pada komitmen untuk mendorong penyelesaian damai di Myanmar. Stabilitas kawasan hanya bisa tercapai bila ASEAN bersatu dan bertindak berdasarkan prinsip konsensus serta solidaritas,” ujar Sugiono.
Pernyataan ini mencerminkan pendekatan diplomatik yang menjadi ciri khas Indonesia dalam kerangka ASEAN, yakni penyelesaian masalah melalui dialog, musyawarah, dan kesepahaman antaranggota.
Penekanan pada Implementasi Konsensus Lima Poin (Five-Point Consensus)
Dalam pertemuan tersebut, Menlu Sugiono menekankan urgensi implementasi penuh dari Five-Point Consensus (5PC) ASEAN. Konsensus ini merupakan panduan utama ASEAN dalam menangani krisis Myanmar, yang terdiri dari lima elemen kunci:
- Pertama, penghentian segera kekerasan di Myanmar.
- Selanjutnya, dialog konstruktif antara semua pihak terkait.
- Berikutnya, penunjukan Utusan Khusus ASEAN untuk Myanmar.
- Selanjutnya, pemberian bantuan kemanusiaan melalui AHA Centre.
- Terakhir, kunjungan Utusan Khusus ASEAN ke Myanmar untuk bertemu semua pihak.
Menlu Sugiono menyoroti bahwa pelaksanaan kelima poin tersebut harus di lakukan secara menyeluruh dan tidak bisa setengah-setengah. Ia juga menegaskan bahwa inklusivitas dalam proses dialog sangat penting agar semua kelompok masyarakat dan pemangku kepentingan di Myanmar dapat di libatkan secara adil dan setara.
Dukungan Indonesia terhadap Kepemimpinan Malaysia di ASEAN
Sebagai Ketua ASEAN tahun 2025, Malaysia memegang peranan penting dalam mengarahkan dinamika regional, termasuk dalam penyelesaian konflik Myanmar. Menlu Sugiono menyatakan dukungan penuh Indonesia terhadap inisiatif dan langkah Malaysia dalam memfasilitasi penyelesaian damai krisis tersebut.
“Indonesia mendukung penuh berbagai inisiatif Malaysia sebagai Ketua ASEAN dalam memfasilitasi proses penyelesaian konflik internal secara damai di Myanmar, serta menyatakan kesiapan untuk terus berkontribusi aktif dalam pemulihan demokrasi dan stabilitas Myanmar,” tegas Sugiono.
Kerja sama erat antarnegara ASEAN, terutama antara negara-negara pendiri seperti Indonesia, Malaysia, dan Thailand, sangat krusial dalam menyatukan pendekatan regional yang terkoordinasi dan efektif.
ASEAN Harus Bicara dengan Satu Suara
Menlu Sugiono juga memberikan penekanan khusus pada pentingnya kesatuan sikap ASEAN. Dalam menghadapi dinamika politik Myanmar yang terus berkembang dan semakin kompleks, ASEAN tidak bisa bersikap pasif atau terpecah. Justru, krisis ini menjadi ujian nyata bagi kekompakan ASEAN sebagai satu kesatuan geopolitik dan ekonomi.
“Kekuatan ASEAN terletak pada kesatuannya. Dalam menghadapi krisis Myanmar, kita harus berbicara dengan satu suara, dan bertindak dengan satu tujuan untuk mendorong implementasi penuh 5PC,” imbuh Sugiono. Dengan pernyataan ini, Indonesia menegaskan bahwa ASEAN harus tetap menjadi organisasi yang berdaya guna.
Tentang Extended Informal Consultation on the Implementation of the Five-Point Consensus
Extended Informal Consultation on the Implementation of the Five-Point Consensus adalah forum tingkat tinggi yang di hadiri para Menteri Luar Negeri ASEAN dan para Utusan Khusus ASEAN untuk Myanmar. Pertemuan ini menjadi wadah diskusi yang penting untuk mengevaluasi perkembangan situasi di Myanmar serta mencari langkah-langkah konkret agar Konsensus Lima Poin bisa di implementasikan secara lebih efektif dan cepat.
Forum informal ini berfungsi sebagai pelengkap dari pertemuan resmi ASEAN, yang memberikan ruang lebih fleksibel bagi para pejabat tinggi untuk menyampaikan pandangan dan strategi secara terbuka. Keberadaan forum ini juga menandakan komitmen ASEAN dalam menyelesaikan isu Myanmar tidak hanya bersifat simbolis, tetapi juga substantif.
Indonesia dan Peran Diplomasi Kemanusiaan
Selama beberapa tahun terakhir, Indonesia telah menjadi aktor utama dalam memperjuangkan pendekatan kemanusiaan terhadap krisis Myanmar. Melalui keterlibatan aktif di ASEAN, Indonesia telah memprakarsai berbagai upaya seperti:
- Pertama, pengiriman bantuan kemanusiaan melalui AHA Centre.
- Selanjutnya, dialog dengan masyarakat sipil Myanmar dan diaspora.
- Terakhir, dukungan terhadap pengembalian proses demokrasi dan pembebasan tahanan politik.
Komitmen ini di perkuat kembali oleh Menlu Sugiono dalam forum di Kuala Lumpur, yang menegaskan kesiapan Indonesia untuk terus mendorong stabilitas kawasan melalui jalur damai dan inklusif.
Harapan Terhadap Masa Depan Myanmar
Penyelesaian krisis Myanmar tidak akan mudah, namun dengan pendekatan kolektif dan konsisten dari ASEAN, harapan akan kembalinya stabilitas dan demokrasi di negara tersebut tetap terbuka. Indonesia, di bawah kepemimpinan Menlu Sugiono, terus mengambil peran aktif sebagai mediator dan fasilitator dalam diplomasi regional. Langkah konkret menjadi fondasi utama bagi masa depan kawasan yang damai dan stabil.
Kesimpulan
Melalui pernyataan dan kehadirannya di forum konsultasi ASEAN, Menlu RI Sugiono telah menunjukkan bahwa Indonesia tidak hanya hadir sebagai anggota ASEAN, tetapi juga sebagai pemimpin dalam diplomasi kawasan.
Komitmen terhadap penyelesaian damai krisis Myanmar, dukungan terhadap Malaysia sebagai Ketua ASEAN, serta penekanan pada implementasi Five-Point Consensus menunjukkan arah diplomasi luar negeri Indonesia yang berprinsip, konsisten, dan berorientasi pada stabilitas kawasan. Dengan bersatu dan bertindak bersama, ASEAN memiliki peluang nyata untuk menjadi aktor utama dalam mengakhiri krisis Myanmar dan membangun perdamaian.